Jumaat, 16 Januari 2009

SAVE PALESTIN JALUR GAZA - Malaysiakini


Boikot Produk Israel dan Sekutu Dekatnya

Perang antara Hamas dan Israel makin brutal, tanpa ada pihak lain mampu menghentikannya. Memasuki hari ke-18, Selasa lalu, pasukan darat Israel terus merangsek ke kota Gaza. Gerakan mereka mengarah ke wilayah pinggir kota di pesisir Mediterania, yang masih menjadi kantong pejuang Hamas. Balasan roket-roket Hamas yang diarahkan ke wilayah Israel membuat pasukan Israel makin meningkatkan serangan secara membabi buta. Pasukan cadangan Israel pun dikerahkan.

Sementara itu, jumlah korban meninggal sedikitnya telah mencapai 935 orang, termasuk 280 korban adalah anak-anak dan 75 perempuan. Sebanyak 4.260 orang mengalami luka-luka. Di antara korban tewas terakhir, terdapat seorang warga Arab Saudi yang bergabung dengan Hamas bertempur melawan invasi Israel. Dan lebih dari 90.000 orang terpaksa mengungsi.

Seruan damai dan jihad, kutukan kepada Israel, demonstrasi, pembakaran atribut yang melambangkan Israel, hingga penggalangan dana dan pengiriman bantuan untuk warga Palestina terjadi di berbagai belahan dunia. Berbagai upaya pertolongan untuk membantu pejuang Hamas, salah satunya dengan mengirim bala bantuan berupa tenaga relawan untuk berperang, sampai kini belum membuahkan hasil.

Salah satu bentuk aksi solidaritas yang memberi tekanan kepada Israel dan Amerika Serikat adalah memboikot produk-produk mereka. Fenomena ini, meskipun bukan barang baru, belakangan terus menggelinding. Hanya, gemanya belum besar. Di Malaysia, aksi boikot produk Amerika Serikat terus menyeruak dan mulai menunjukkan taringnya. Koran Malaysia berbahasa Inggris, The Star, Kamis pekan lalu memberitakan bahwa Perhimpunan Konsumen Muslim Malaysia mulai memboikot produk-produk Amerika Serikat.

Beberapa di antaranya adalah minuman ringan jenis cola, kopi, dan kosmetik yang sehari-hari biasa mereka konsumsi. Bahkan tak kurang dari 2.000 pengelola restoran memberi dukungan dengan cara menghentikan penjualan minuman merek Coca-Cola. "Boikot merupakan cara terbaik memprotes negara zionis itu dan penyokongnya, Amerika Serikat. Kami mesti mengirim protes nyata agar mereka menghentikan pembunuhan di Gaza," kata Ma`mor Osman, Sekretaris Umum Perhimpunan Konsumen, seperti dikutip The Star.

Ketika Amerika Serikat menginvasi Irak pada 2003 dan makan korban orang-orang sipil tidak berdosa, seruan boikot produk Amerika Serikat menyeruak kuat. Meskipun meredup, gemanya masih terus ada hingga sepanjang tahun 2005, 2006, dan 2007. Berdasarkan penelusuran di internet, topik boikot produk Israel dan Amerika Serikat terus berkembang. Tidak pernah jelas, apakah di balik opini boikot itu ada motif perang dagang dan perang antar-produsen untuk mematikan produk-produk pesaingnya.

Lepas dari efektif atau tidak, sejumlah aktris Hollywood meminta foto-foto mereka dihapus dari situs perusahaan perhiasan berlian milik Lev Leviev, seorang milyarder Yahudi Amerika. Mereka tidak mau nama mereka diidentikkan dengan perusahaan yang ikut memberi kontribusi pada pembangunan permukiman Yahudi di Israel dan berperan dalam pelanggaran hak asasi manusia di Afrika.

Para aktris seperti Salma Hayek, Sharon Stone, Whitney Houston, Halle Berry, Drew Barrymore, Brooke Shields, Andie Macdowell, dan Lucy Liu meminta Lev tidak lagi memasang foto mereka di situs maupun seluruh toko berlian milik Lev. Hal itu dilakukan setelah mereka dikontak organisasi kemanusiaan Palestina dan organisasi Yahudi anti-penjajahan Israel di Palestina yang berbasis di New York.

Langkah para aktris itu juga pernah dilakukan Unicef dan duta kemanusiaan Oxfam International, Kristin Davis. Jika Davis meminta fotonya diturunkan dari situs perusahaan Leviev, Unicef menolak menerima donasi apa pun dari Leviev. Alasannya, Leviev terlibat dalam pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat, Palestina, dan memicu konflik berkepanjangan.

Di lapangan, seruan boikot produk yang disinyalir terkait dengan Yahudi, Israel, dan Amerika Serikat ternyata tidak menggema. Pantauan Gatra sepanjang Minggu dan Senin lalu menunjukkan, kondisi sejumlah hypermarket yang menjadi sasaran seruan boikot ternyata biasa-biasa saja. Bahkan antrean pembeli di sebuah restoran cepat saji waralaba asing tetap penuh hingga empat baris. Di sekitar lokasi pun tidak ada spanduk atau apa pun yang bisa menjadi media seruan boikot terhadap toko yang mulai merambah Indonesia sejak tahun 1998 itu.

Pemboikotan terhadap produk Israel memang bukan kali pertama ini terjadi. Hampir setiap kali Israel melakukan serangan ke wilayah Palestina, teriakan boikot muncul dari sejumlah kalangan. Tidak ada yang bisa menakar rfektivitasnya. Namun yang membedakan, kali ini pemboikotan produk Yahudi dan sekutunya itu didukung penuh oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Ketua MUI, Amidhan, mengatakan bahwa Israel begitu arogan. Israel tidak mau mendengar imbauan dunia untuk melakukan genjatan senjata dan berdamai. Resolusi Dewan Keamanan PBB pun tidak dilaksanakan. "Karena itu, harus kita lawan dengan senjata apa saja, termasuk pemboikotan itu," katanya kepada Ahmad Alfajri dari Gatra.

G.A. Guritno dan Bernadetta Febriana
[Laporan Utama, Gatra Nomor 10 Beredar Kamis, 15 Januari 2009]

Tiada ulasan: